Agarkita dapat membentuk rumah tangga yang diridlai oleh Allah dan memperoleh kebahagiaan sepanjang hayat sebelum mengambil seorang perempuan menjadi istri kita perlu mengetahui ketaatannya dalam beragama. Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga Allah menegaskan dengan firman-Nya pada ayat di atas agar MembukaRuang Perjumpaan Membangun Relasi Harmonis. Bentuk keadilan yang berlandaskan welas asih adalah jalan yang harus kita ikuti untuk mencapai hidup bermartabat yang setiap manusia berhak atasnya. Gusti Allah menciptakan kita unik dan berbeda-beda, beragam suku, ras, agam dan budaya agar bersatu menghargai sesama. Sebagaiwarga masyarakat, kita harus mendahulukan kewajiban daripada 11. Kita perlu menghindari permusuhan agar tercipta . 12. Apabila ada tugas-tugas dari guru di sekolah, harus kita kerjakan dengan . 13. Fast Money. Setiap negara pasti memiliki keberagaman suku, budaya, dan agama yang berbeda-beda. Keberagaman tersebut merupakan kekayaan yang harus dilestarikan sebagai kekayaan bangsa. Maka dari itu, semua orang harus sadar akan pentingnya menghargai keberagaman agar tercipta hidup tenteram. Selain itu hal tersebut juga bermanfaat untuk menghindari permusuhan antar masyarakat. 1. Menciptakan Ketentraman Ketentraman di dalam lingkungan masyarakat sangat diperlukan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan bersatu dalam keberagaman dan tidak mengejek orang yang berbeda suku atau agama. Jika semua orang memahami bahwa ketentraman begitu penting maka akan menghindari perbuatan tercela. Selain itu hal ini juga berguna untuk mengurangi rasa iri atau dengki terhadap perbedaan. 2. Menghindari Permusuhan Keberagaman yang ada di sekitar dapat menyebabkan persatuan sekaligus permusuhan. Jika Anda tidak mengerti bahwa bersatu dalam keberagaman itu penting maka akan menciptakan perpecahan. Namun, bagi orang yang sadar akan kesatuan pasti tidak melakukan hal tercela termasuk membedakan keberagaman. Maka dari itu, wawasan tentang keberagaman perlu diketahui. 3. Saling Menghargai Setiap perbedaan baik itu ras, suku, agama, maupun kebudayaan harus selalu dihargai oleh semua orang. Perbedaan tersebut harus dijadikan sebagai kekayaan bangsa dan jangan dirusak. Setiap masyarakat harus sadar bahwa keberagaman harus dijaga agar tidak menimbulkan perpecahan. Tak hanya itu, Anda juga bisa mempelajari budaya orang lain agar menambah ilmu. 4. Menjaga Keutuhan Keutuhan negara akan tercapai jika setiap orang menghormati keberagaman. Masyarakat yang baik adalah orang yang selalu berperilaku terpuji dan tidak menimbulkan permusuhan antar sesama. Hidup berdampingan dengan orang lain yang memiliki perbedaan budaya termasuk hal yang unik karena Anda bisa bertanya mengenai adat istiadatnya. 5. Tercipta Hidup Damai Kehidupan damai di tengah lingkup masyarakat merupakan hal yang ingin dicapai semua orang. Anda dapat mewujudkannya dengan cara menghargai setiap keberagaman. Meskipun orang lain memiliki kebiasaan cara beribadah maupun melakukan adat yang berbeda, Anda tidak boleh mengejek atau memusuhinya. Hal tersebut harus ditanamkan supaya tercipta hidup damai. 6. Menjaga Kerukunan Saling menjaga kerukunan antar sesama umat manusia adalah hal yang harus diterapkan. Jika keberagaman yang ada tidak pernah dipermasalahkan maka kerukunan akan tercipta. Anda sebaiknya selalu menanamkan pola pikir untuk menghormati orang lain. 7. Menciptakan Persatuan Persatuan dan kesatuan bangsa akan terwujud jika setiap masyarakat tidak membedakan orang lain. Jadikan keberagaman sebagai alat pemersatu yang tidak boleh dihilangkan. Anda bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menghargai adat dan budaya orang lain. Maka dari itu jangan mengejek bahkan mengucilkan orang yang memiliki keberagaman berbeda. Kita semua pasti ingin memiliki hidup yang tenang dan damai, namun tak dipungkiri bahwa dalam hidup bersosial ada saja masalah atau pertengkaran yang tidak terduga terjadi. Nah untuk menghindari hal seperti pertengkaran atau permusuhan ternyata bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana, lho. Apa saja hal-hal sederhana itu? Simak pembahasan lebih lanjutnya di bawah ini, Balas perbuatan baik orang sederhana yang justru dapat menghindarimu dari permusuhan adalah membalas perbuatan baik orang lain. Jangan hanya mau diutamakan dan diperlakukan baik saja tanpa melakukan hal yang serupa pada orang lain. Intinya kalau kamu egois, orang lain bisa saja mulai tidak suka Hindari bergosip & asal PiacquadioHal lainnya yang gak kalah sederhana adalah dengan menghindari gosip dan memfitnah orang lain dengan sembarangan. Logikanya, kamu tentu tidak suka jika orang lain memberikan sesuatu di belakangmu, kan? Begitu juga dengan orang lain yang mungkin saja sering jadi bahan pembicaraan gosip. Dan dengan menghindari ini, permusuhan dan pertengkaran pun tidak akan terjadi. Baca Juga 5 Alasan Logis Lebih Mudah Memaafkan Musuh daripada Sahabat Sendiri! 3. Kurangi kebiasaan mengkritik ShotsLalu kurangilah kebiasaanmu dalam mengkritik orang lain. Sebagian orang mungkin bisa bersikap santai jika mendapat kritikan, akan tetapi tidak semua orang bisa begitu. Dan kebanyakan mengkritik orang umumnya justru malah membuat orang-orang membencimu dan timbulnya MorilloHal sederhana berikutnya adalah cobalah biasakan diri untuk ramah ke orang di sekitarmu. Tidak perlu bersikap sok dekat atau sok akrab, namun cukup dengan menyapa atau membicarakan hal ringan jika bertemu. Karena kamu juga pasti tidak menyukai orang sombong, kan?5. Gak mengkhianati kepercayaan orang peganglah kepercayaan orang lain yang sudah diberikan padamu. Karena lebih dari apapun, sebuah pengkhianatan yang berakhir mengecewakan orang lain justru banyak mengakibatkan retaknya hubungan, termasuk hubungan sosial dan memancing adanya tadi beberapa hal sederhana yang justru bisa menghindarkanmu dari permusuhan. Cobalah melakukannya pelan-pelan, ya! Baca Juga Jangan Kecewa, Ini 7 Hal yang Bisa Kamu Syukuri Saat Memiliki Musuh IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. › Opini›Upaya Mencegah Permusuhan Kompas/Ryan Rinaldi Guru sedang mengajarkan dasar-dasar bahasa Jerman kepada sejumlah siswa penerima beasiswa kursus bahasa asing di Gedung Ir HM Suseno, Jakarta Pusat, Sabtu 26/3/2018. Dari lima bahasa yang ditawarkan, bahasa Jerman paling diminati. Bahasa itu dipilih oleh 60 persen anak berbangsa Jerman dalam film The Boy in the Striped Pajamas Mark Herman, 2008, suatu ketika harus pindah rumah karena ayahnya dipindahtugaskan bekerja. Rumah baru mereka jauh dari keramaian. Bruno tak punya teman, sekolah juga tak ada di dekat guru tua bersepeda engkol datang ke rumahnya, suka mengajarinya sejarah. Sejarah kehebatan bangsa Jerman, juga sejarah bangsa Yahudi yang menjadi musuh bebuyutan. Tak jauh dari rumah Bruno ada kamp konsentrasi untuk orang Yahudi. Suatu ketika, Bruno nekat melanggar perintah orangtuanya agar tak melewati batas-batas tertentu di rumah mereka. Ia bertemu Shmuel, anak Yahudi berkepala botak, mengenakan piama bergaris-garis, dan bergigi ompong. Shmuel suka makan. Ia tiap hari harus bekerja keras bersama para tawanan di kamp konsentrasi. Bruno mengunjungi sahabat barunya itu sambil membawakan berbagai persahabatan pun terjalin di antara mereka walaupun dibatasi terali kawat yang tinggi. Mereka tak bisa berangkulan atau berkejar-kejaran. Kamp konsentrasi tempat Shmuel tinggal dijaga ketat. Ada anak yang kedapatan bermain, nyawa mereka di ujung tanduk. Mereka berdua pun hanya bisa bermain Bruno dan Shmuel mengajak penonton merenung, bahwa anak-anak tak semestinya diajari membenci. Saat perang berkecamuk, dan kondisi dunia tampak serba muram, ada anak-anak yang ingin tersenyum dan mencari sebagai akibat dari perebutan kekuasaan dan tindakan balas dendam ternyata tak melulu melahirkan kisah-kisah bermuatan kebencian, tetapi juga sarat dengan pesan kasih dan perdamaian. Anak-anak terlahir untuk menikmati hidup dan kehadiran orang lain, bukan disuapi kebencian oleh orangtua, guru, atau teman-teman perbedaan pandangan dalam berpolitik, atau sosok pemimpin yang dianggap paling ideal, tak jarang kita menyaksikan perdebatan sengit. Di media-media sosial hingga acara bincang-bincang di televisi, publik dan para pengamat tampaknya tak pernah bosan beradu pendapat dan pandangan. Di rumah, saat bersama anak-anak, orangtua pun dapat memengaruhi anak-anak yang ikut menyaksikan tayangan politis yang menyulut kebencian atau mengumbar pada satu sisi minat publik terhadap situasi politik dapat jadi indikasi adanya kepedulian dan keinginan untuk mendapatkan pemimpin paling ideal. Namun, di sisi lain, ketika suhu perdebatan terlalu tinggi dan tak terkendali, dan karena itu malah melahirkan fitnah serta caci maki, keutuhan berbangsa dan bernegara malah bisa menjadi taruhannya. Di titik inilah kita perlu mengingat pesan Bung Karno, bahwa tugas generasi kita dalam berjuang akan lebih sulit karena melawan bangsa untuk berdamaiDalam situasi seperti ini, para guru perlu tampil sebagai sosok mediator. Guru dalam film The Boy in the Striped Pajamas tak berhasil menanamkan rasa permusuhan pada diri Bruno. Kerinduan Bruno mendapatkan teman bermain dan persahabatan menguasai jiwanya terpenuhi dengan kehadiran bagaimana dengan anak-anak lain pada umumnya yang kita temui masa kini—yang tak kesepian, yang memiliki teman berlimpah-limpah dalam kesehariannya? Tentu akan lain ceritanya. Kebencian dan permusuhan dapat menguasai jiwa anak-anak ketika guru dan orangtua menularkan semangat yang film tentang Bruno dan Shmuel, pada suatu adegan, ada asap mengepul dari sebuah gedung tinggi di kamp konsentrasi di dekat rumah Bruno. Ia melihat asap itu, benaknya terusik berhari-hari. Bau asap itu menyesakkan Bruno, juga menyisakan memori yang kelam dan penuh tanda tanya ke mana sahabatnya pergi?Elie Wiesel, seorang penyintas—survivor holocaust—dan peraih Hadiah Nobel, dalam wawancara dengan Bill Moyers pada 1991 menyampaikan kesedihannya ”Orang yang pada mulanya adalah seorang manusia menjadi tawanan, dan tawanan itu menjadi nomor, dan nomor itu menjadi abu.”Begitulah, perang membuat manusia tega menjadikan manusia lain sebagai abu dan asap. Belas kasih dan kemanusiaan sirna, yang tersisa hanyalah hasrat untuk meraih kejayaan dan mencegah kebencian—yang kemudian dapat berbuntut menjadi perang—guru dan orangtua berperan besar. Ketika situasi bangsa memanas, guru perlu tampil menyejukkan, memberikan pengajaran yang tidak mewakili kepentingan politik, tetapi guru berfokus pada tugas kemanusiaan yang diembannya, kecerdasan siswa akan jadi perhatian utamanya, termasuk kecerdasan siswa dalam menjalin relasi sosial dengan teman-temannya dari berbagai latar belakang. Di rumah, dalam obrolan dan pergaulan sehari- hari, orangtua pun perlu menanamkan pemikiran bahwa perbedaan adalah rahmat dari Tuhan, bukan biang siswa untuk menghindari permusuhan dan kebencian barangkali adalah tugas terpenting guru dan orangtua di masa kini, selain mengajarkan pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang yang dikuasainya. Ini pun bukan hanya tugas yang berhubungan dengan situasi politik semata, melainkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam dunia kita masih ingat, beberapa tahun belakangan, kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan tak sedikit. Ada siswa yang membunuh teman seasramanya, berduel sampai tewas, bahkan siswa yang membunuh gurunya. Dengan demikian, guru dan orangtua pun sudah waktunya mengajarkan semangat perdamaian dan Nugroho Guru dan Pengarang, Tinggal di Pontianak; Alumnus Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang

kita perlu menghindari permusuhan agar tercipta