Halitu diketahui berdasarkan SK PBNU Nomor 01/A.II.04/01/2022 tentang Pengesahan Susunan PBNU Masa Khidmat 2022-2027 tertanggal 12 Januari 2022, yang beredar di sejumlah media sosial. Dalam SK yang ditandatangani KH Miftachul Akhyar selaku Rais Aam, Katib Aam KH Ahmad Said Asrori, Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf, dan H Saifullah Yusuf BiografiKH Abdul Wahab Hasbullah. Lahir di Tambakberas, Jombang, pada bulan Maret 1888 M. Ayahanda KH Abdul Wahab Hasbullah adalah Kyai Said, Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Fatimah. (Leimunding Cirebon), Kyai Alwi Abdul Aziz, Kyai Ma'shum (Lasem) dan Kyai Cholil (Kasingan Rembang). KHAbdul Wahab Hasbullah adalah salah satu ulama besar yang dimiliki Indonesia. Kiai Wahab merupakan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU), bersama dengan KH Hasyim Asy'ari dan KH Bisri Syansuri. Ketokohan dan keilmuan yang dimilikinya, telah diakui sejumlah kalangan, apalagi di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Fast Money. Home » Biography » Biography of KH Azizi Hasbullah A Visionary Islamic Scholar and Community Leader Biography of KH Azizi Hasbullah A Visionary Islamic Scholar and Community LeaderIntroductionKH Azizi Hasbullah is a revered Islamic scholar and community leader known for his deep knowledge, spiritual guidance, and unwavering commitment to uplifting society. Through his extensive religious education, tireless activism, and profound influence, he has left an indelible mark on the lives of countless individuals, both in Indonesia and beyond. This biography explores the life and contributions of KH Azizi Hasbullah, a true luminary in the world of Islamic Life and EducationBorn on May 24rh, 1968 in Malang, KH Azizi Hasbullah showed early signs of dedication to religious studies. He embarked on his educational journey by memorizing the Quran at a young age, setting the foundation for his lifelong pursuit of Islamic knowledge. He went on to study at prestigious Islamic institutions, immersing himself in the teachings of renowned scholars and acquiring expertise in various Islamic sciences, including Quranic exegesis, hadith, fiqh Islamic jurisprudence, and Islamic and ActivismDriven by a strong sense of responsibility towards his community, KH Azizi Hasbullah became actively involved in grassroots initiatives and social activism. He championed the cause of social justice, poverty alleviation, and education, recognizing the importance of empowering individuals to improve their own lives and contribute to the betterment of society. His leadership skills and compassionate approach earned him the respect and admiration of both his peers and the wider of Educational InstitutionsOne of KH Azizi Hasbullah's most significant contributions is the establishment of educational institutions dedicated to Islamic studies and character development. His vision was to provide a holistic education that combines religious teachings with contemporary knowledge, empowering students to navigate the challenges of the modern world while remaining rooted in Islamic principles. These institutions have become beacons of knowledge and centers for moral and intellectual of Interfaith Dialogue and ToleranceKH Azizi Hasbullah has been a strong advocate for interfaith dialogue and promoting tolerance and understanding among different religious communities. Recognizing the importance of fostering harmonious coexistence, he has actively engaged in initiatives that promote mutual respect, peaceful cohabitation, and collaboration between different faith traditions. His efforts have helped build bridges of understanding and fostered an environment of religious Guidance and CounselingWith his vast knowledge and deep spirituality, KH Azizi Hasbullah has become a sought-after spiritual guide and counselor. People from all walks of life seek his wisdom and guidance on matters of faith, personal development, and navigating life's challenges. His compassionate demeanor, coupled with his profound understanding of Islamic teachings, has provided solace and guidance to countless individuals, helping them find solace, direction, and purpose in their and ImpactKH Azizi Hasbullah's lifelong dedication to promoting Islamic values, social justice, and community development has left an enduring legacy. His teachings, institutions, and advocacy work continue to inspire generations of Muslims and non-Muslims alike. His emphasis on education, interfaith dialogue, and compassionate activism has not only transformed individual lives but has also contributed to the broader social fabric, fostering a more inclusive and harmonious Azizi Hasbullah's life journey stands as a testament to the transformative power of knowledge, spirituality, and community service. Through his tireless efforts, he has enriched the lives of countless individuals, leaving an indelible impact on the Islamic community and society as a whole. As a visionary scholar, leader, and advocate for social change, KH Azizi Hasbullah has exemplified the values of compassion, wisdom, and service, inspiring others to follow in his footsteps and contribute to the betterment of humanity. Daftar Isi Biografi KH. Ahmad Marzuqi Romli 1. Riwayat Keluarga 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Perjalanan Menuntut Guru Beliau 3. KH. Ahmad Mulai Berdakwah 4. Wasiat KH. Ahmad Marzuqi Romli 5. Karomah KH. Ahmad Marzuqi Romli 6. Referensi 1. Riwayat Lahir KH. Ahmad Marzuqi lahir pada tahun 1901 M di desa tempat ayahnya tinggal yaitu di Giriloyo Wukirsari Imogiri Bantul sebagai putra bungsu. Kiai Romli sangat berkeinginan kelak si bungsu apabila sudah besar dapat menggantikan perjuangan yang telah dirintisnya, mendidik orang-orang untuk lebih dekat pada Allah. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, sangat wajar apabila KH Marzuqi ketika baru berumur 4 tahun sudah dididik dengan konsentrasi penuh. Wafat KH. Ahmad Marzuqi Romli wafat pada tanggal 9 Jumadil Akhir 1411 H atau tanggal 14 Desember 1991 M pada hari Sabtu malam Ahad adalah hari beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Keluarga Sebagai putra bungsu dari lima bersaudara, KH. Ahmad Marzuqi mendapatkan tongkat estafet dari KH. Romli untuk meneruskan perjuangannya. Untuk membantu perjuangannya KH. Ahmad Marzuqi melangsungkan pernikahan dengan putri dari KH. Arifin yaitu Ny. Dasinah. Dari pernikahan ini menurunkan dua orang putra yaitu KH. Asyhari Marzuqi Kotagede dan KH. Habib Marzuqi Wates Kulonprogo. Setelah berpisah dengan Ny. Dasinah, pada tahun 1949 KH. Ahmad Marzuqi melangsungkan pernikahan untuk yang kedua kalinya yaitu dengan putri KH. Abdullah, Ny. Zuhroh. Dari pernikahan ini menurunkan dua putra yaitu KH. Masyhudi dan KH. Ahmad Zabidi dan seorang putri yaitu Hj. Siti Hannah. 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Perjalanan Menuntut Ilmu Pada tahun 1905 oleh Kiai Romli, Ahmad Marzuqi di-pondok-kan di Pondok Pesantren Kanggotan Pleret Bantul di bawah bimbingan KH. Zaini. Karena masih kecil, maka pada waktu itu beliau hanya diajari kitab-kitab ubudiyah seperti Safinatun Najah, Fathul Qorib dan lain-lain. Di pondok Kanggotan ini beliau belajar sampai tahun 1910 M. Setelah lima tahun belajar di Kanggotan, Ahmad Marzuqi kemudian pindah pondok. Pondok yang dituju kali ini adalah Pondok Pesantren Termas yang berada di Pacitan Jawa Timur. pada saat itu pondok Termas berada di bawah bimbingan KH. Hafidz Dimyati, beliau belajar berbagai ilmu agama, seperti syara’, tasawuf, dan lain-lain. Di pondok ini beliau belajar selama 4 tahun, dari tahun 1910 sampai tahun 1914 M. Ahmad Marzuki melanjutkan ngangsu kaweruh di ponok pesantren Watucongol Muntilan Magelang, tahun 1915 sampai tahun 1918. Kehausan Ahmad Marzuki dengan ilmu-ilmu keislmaan terobati di bawah bimbingan KH. Dimyati. Sepulang dari Watucongol, Ahmad Marzuqi kemudian meneruskan di Pondok Pesantren Somolangu Kebumen Jawa Tengah. Dibawah bimbingan KH. Abdurrauf, beliau mendapat kepercayaan untuk mengajar santri badal sebagai pengganti kyai apabila kiai sedang berhalangan atau sakit. Kepercayaan itu diemban dengan tekun dan ikhlas sehingga tidak heran jika beliau semakin lama semakin menguasai ilmu-ilmu yang sudah dipelajari di pondok-pondok yang terdahulu. Di Somolangu ini berlangsung antara tahun 1919 sampai tahun 1922. Tahun 1922 sepulang dari Pondok Somolangu sampai tahun 1925, beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirap Kebumen Jawa Tengah. Walaupun sudah mahir membaca kitab, namun beliau tidak jemu untuk lebih mendalami kitab-kitab yang telah dikajinya terdahulu. Hanya dua tahun lebih sedikit Ahmad Marzuqi menempat di Lirap Kebumen, pada tahun 1926 sampai tahun 1927 beliau pindah ke Pondok Pesantren Jamsaren yang ada di Solo Jawa Tengah. Pondok Jamsaren pada saat itu berada di bawah bimbingan KH. Idris. Sepulang dari Pondok Jamsaren ini beliau menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kali dalam hidupnya. Pada tahun 1927 selepas menunaikan ibadah haji sampai tahun 1931 beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Dibawah bimbingan KH. Munawwir ini beliau mewujudkan cita-citanya yang sudah lama terpendam ketika masih mengaji di Watucongol dahulu, yaitu keinginannya untuk menghafal Al-Qur’an 30 juz. Keinginan itu menjadi kenyataan bahkan untuk melanggengkannya beliau baca ayat-ayat suci itu sampai khatam yaitu pada bulan Ramadhan saat shalat tarwih. Diceritakan, bahwa selama bulan ramadlan apabila badannya sehat, beliau khatamkan dalam satu bulan itu tiga kali khataman. Sepuluh hari pertama khatam untuk yang pertama, sepuluh hari kedua digunakan untuk mengkhatamkan bacaannya yang kedua dan sepuluh hari ketiga untuk yang ketiga kalinya. Guru Beliu Guru-guru KH. Ahmad Marzuqi Romli KH. Zaini KH. Hafidz Dimyati KH. Dimyati KH. Abdurrauf KH. Idris KH. Munawwir KH. Dalhar Watucongol KH. Ma’ruf, KH. Kholil Bangkalan, KH. Dimyati Termas, KH. Dimyati Kebumen dan KH. Abdurrahman 3. KH. Ahmad Mulai Berdakwah Sepulang dari ngangsu kaweruh di berbagai pondok pesantren, sekitar tahun 1931, KH. Ahmad Marzuqi mulai melakukan pengajian-pengajian di berbagai tempat terutama di desa-desa di Gunungkidul. Perjalanan untuk mencapai daerah-daerah di Gunungkidul yang melewati hutan belantara memakan waktu berhari-hari itu beliau lakukan dengan berjalan kaki. Dalam melakukan Dakwah di Gunungkidul, KH. Ahmad Marzuqi atau Mbah Marzuqi bisa disebut sebagai pembuka jalan bagi keberadaan Islam di daerah tersebut. Ketika beliau membuka jamaah pengajian yang baru di desa-desa, beliau islamkan terlebih dahulu orang-orang yang akan ikut dalam pengajian tersebut. Sehingga ketika semakin hari semakin bertambah jumlah jamaahnya berarti semakin banyak pula orang Islam yang ada di desa itu. Perjalanan dalam berdakwah itu bukan berarti tanpa mendapatkan rintangan. Rintangan itu datang dalam perjalanan maupun oleh orang yang tidak suka dengan dakwah yang beliau lakukan. Diceritakan, ketika dalam suatu perjalanan menuju salah satu desa di daerah Gunungkidul harus melewati sebuah sungai yang lebar dan dalam. Seseorang harus berenang untuk sampai di seberang karena tidak ada getek perahu dari bambu. KH. Habib yang pada waktu itu diajak untuk menemani, tidak berani turun ke sungai karena melihat ada seekor ular besar sedang menunggu. Melihat ular di sungai yang siap untuk menyerangnya KH. Habib berteriak “Pak, ada ular !” Teriakannya tidak dijawab oleh Mbah Marzuqi. Beliau hanya menusukkan jari manisnya di pinggang KH. Habib. Seketika itu juga KH. Habib sudah berada di seberang sungai. Untuk mempersatukan jama’ah pengajian, Mbah Marzuqi mendirikan masjid atau musholla di desa-desa. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah bisa berkumpul dalam satu tempat dalam melaksanakan kegiatan. Pendirian masjid dan musholla ini juga dimaksudkan agar masyarakat di desa itu apabila sholat tidak dilakukan sendiri-sendiri di rumah, tetapi dilakukan di masjid atau musholla dengan berjama’ah. Untuk melengkapi pembangunan masjid, beliau mendirikan sekolah-sekolah formal yang tentunya hal ini bertujuan agar generasi mudanya bisa mendapatkan pendidikan formal. Tercatat ada 130 buah untuk tingkat taman kanak-kanak, 53 buah untuk tingkat Madrasah Ibtidaiyah, 12 sekolah untuk tingkat MTs dan SMP, 8 sekolah untuk tingkat MA dan SMU. Aktivitas dakwah ini masih terus berlangsung ketika beliau dipercaya memimpin pesantren yang didirikan oleh sang ayah, KH. Romli, pada tahun 1935. Pondok itu dipimpin oleh beliau berlangsung sampai dengan tahun 1955. Bahkan selama memimpin pondok pesantren tersebut, beliau mendapatkan sambutan yang semakin hangat dari masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari terus berkembangnya pondok tersebut yang semakin hari semakin banyak orang yang ikut mengaji. Selepas Kemerdekaan RI 1945, bumi nusantara ternyata masih disenangi oleh Belanda sehingga wajar apabila pada bulan-bulan setelah Agustus itu Belanda masih banyak yang berseliweran di Indonesia. Orang-orang pribumi yang melihat tingkah Belanda itu merasa tidak senang sehingga di banyak tempat dikumpulkan para pemuda untuk digembleng menjadi prajurit yang tangguh. Mereka diberi ijazah dan amalan serta olah-kanuragan. Salah satu tempat yang digunakan sebagai markas itu adalah pesantren yang dipimpin oleh KH. Ahmad Marzuqi. Mbah Marzuqi yang semenjak kecil suka dengan kehidupan sederhana, suka menolong orang lain dan tidak suka hidup mewah, mempunyai pandangan hidup bahwa seluruh jiwa dan raganya semata-mata dicurahkan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Prinsip hidup ini beliau wujudkan dengan melakukan dakwah dari satu desa ke desa yang lainnya tanpa pernah mengharapkan imbalan. Dakwah ini beliau lakukan dengan ikhlas dan semata-mata hanya untuk mengharapkan ridla dari Allah. Kiai memang dalam berdakwah tidak pernah mengharapkan imbalan bahkan beliau serahkan seluruh harta bendanya pada mereka yang membutuhkan. Diceritakan, bahwa beliau mempunyai sawah yang luasnya mencapai 7 hektar dan sapi yang jumlahnya mencapai sekitar 150 ekor. Harta miliknya itu seluruhnya beliau serahkan pada masyarakat yang kurang mampu dengan sistem bagi hasil tidak ada informasi yang menceritakan berapa bagian untuk beliau dan orang yang diserahi. Pemberian dengan sistem tersebut semata-mata hanya untuk meringankan beban yang ada pada masyarakat. Pertolongan yang beliau berikan disamping secara materi juga dengan memberikan pengobatan kepada siapa saja yang memerlukannya. Bahkan dengan memberikan pengobatan ini, aktivitas dan pengikut dalam jama’ahnya semakin besar sehingga sangat memudahkan beliau apabila berkeinginan membuka daerah binaan yang baru. Ilmu ketabiban ini beliau dapatkan disamping dari ayahnya, KH. Romli juga beliau dapatkan dari semenjak beliau mondok di pesantren-pesantren. Menurut KH. Habib Marzuqi, salah seorang putranya bahwa ilmu ketabiban itu beliau peroleh dari KH. Dalhar Watucongol, KH. Ma’ruf, KH. Kholil Bangkalan, KH. Dimyati Termas, KH. Dimyati Kebumen dan KH. Abdurrahman. Pemberian pertolongan ini juga beliau maksudkan sebagai sarana berda’wah. 4. Wasiat KH. Ahmad Marzuqi Romli Sbelum meninggal dunia beliau berwasiat kepada putra-putra dan seluruh kaum muslimin untuk membaca do’a Nekto Dinulu. Do’a itu bacaannya adalah sebagai berikut Allahumma Nekto Dinulu ahub-ahub ing AllahLaa ilaaha illa Allah Muhammad rasulullah shalla Allah alaihi wasallamAllahumma Roh amadep ing NurullahSomad-somad kelawan roh idlofiJisim rupaku amadep ing cahayaNing roh angadep uripku ing cahyane AllahYa Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Ghaffar Ya AzizYa Quddus Ya Alim Ya Karim Ya Arhamarrahimin. 5. Karomah KH. Ahmad Marzuqi Romli Diceritakan, pada malam hari malam Ahad seorang haji di daerah Prembun Kebumen bermimpi kedatangan Mbah Marzuqi. Dalam mimpi itu Mbah Marzuqi menyuruhnya untuk pergi ke Giriloyo dan jangan lupa membawa bakmi. Hari Ahad pagi, sambil membawakan bakmi pesanan Mbah Marzuqi pak haji dari kebumen itu meluncur menuju Giriloyo. Sebelum memasuki Giriloyo, haji itu singgah terlebih dahulu di masjid Pondok Ar-Ramli Wukirsari karena dilihatnya ada ribuan orang berkumpul. Kemudian pak haji dari kebumen itu bertanya “Ada apa kok suasananya ramai sekali?” Orang yang ditanya oleh pak haji itu menjawab bahwa Mbah Marzuqi meninggal. Pak haji tidak percaya karena tadi malam beliau bermimpi bertemu Mbah Marzuqi dan disuruh ke Giriloyo. Namun setelah mengetahui peristiwa yang sebenarnya terjadi, pak haji dari Kebumen itupun lemas. Begitulah banyak dari para hadirin yang datang karena mendapatkan mimpi “disuruh ke Giriloyo oleh Mbah Marzuqi”. Semua masyarakat yang ditinggalkan merasa kehilangan dengan kepergiannya. Namun apa mau dikata, kita tidak bisa melawan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Begitulah KH. Ahmad Marzuqi telah mendahului kita dengan menanamkan pijakan yang mantap dan kokoh pada masyarakat yang ditinggalkan. Semoga amal baik beliau diterima disisi-Nya dan kita yang ditinggalkan bisa meneruskan apa yang menjadi cita-citanya. Amin. 6. Referensi Dinukil dari berbagai sumber Jakarta, NU Online Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU KH Azizi Hasbullah wafat pada Ahad pagi 21/5/2023. Almarhum adalah sosok yang dikagumi oleh banyak kalangan karena kealimannya dalam beberapa aspek. Seperti ilmu fiqih, ushul fiqih, aqidah, dan tasawuf. Salah satu orang yang menjadi saksi atas kealiman almarhum adalah Ahmad Muntaha. Ia dengan almarhum seringkali bertemu dan menyimak penyampaian-penyampaiannya dalam satu forum bahtsul masail. Ahmad Muntaha menyampaikan bahwa KH Azizi Hasbullah adalah sosok ahli fiqih yang inspiratif di kalangan para tokoh kiai yang lain. "Kiai Azizi atau yang bernama lengkap KH Azizi Hasbullah, Pengasuh Pondok Pesantren Barran Selopuro Blitar, Jawa Timur, bagi saya merupakan sosok faqih atau ahli fiqih Nusantara yang inspiratif," katanya. Tidak saja dirinya, ia menegaskan bahwa kedalaman penguasaannya atas ilmu-ilmu syariat mendapatkan apresiasi luas dari Kiai-kiai lain, termasuk di kalangan para masyayikh di Pondok Pesantren Lirboyo. "Sejak mengenal dan mengaji kitab Tausyih ala Ibnul Qasim karya Syekh Muhammad Nawawi Banten kepadanya pada tahun 2001 di Rumah Tua Lirboyo, hingga bermu’amalah dengannya secara langsung hingga sekarang, tak hentinya saya mendapat inspirasi dan keteladanan secara terus-menerus mengaji, mengkaji, dan meng-upgrade study keilmuan Islam," ungkapnya. Almarhum Kiai Azizi adalah sosok faqih yang terbuka terbuka, tegas dan luas dalam berdiskusi adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren dan NU, seperti di Lirboyo, Forum Musyawarah Pondok Pesantren FMPP se-Jawa Madura, Bahtsul Masail Syuriyah PWNU Jawa Timur, dan forum-forum bahtsul masail PBNU. "Orang-orang yang terlibat tak dapat melupakan sosoknya, yang sangat kuat secara referensi dan kokoh dalam idrak atau analisis kasus-kasus kontemporer waqi’ah haditsah," terangnya. Ia menceritakan saat satu majelis seminar dan bedah buku seperti di Oku Timur Sumatera Selatan, Sampang dan Pamekasan Madura, dan yang terakhir di Mlangi Yogyakarta, kepiawaian santri kinasih KH Ahmad Idris Marzuki Lirboyo ini dalam menyajikan materi-materi berat dengan bahasa dan gaya bebas, juga membuat para audiens enggan beranjak dari majelis meski sudah menghabiskan waktu berjam-jam. "Apalagi bila forum sudah memasuki acara tanya jawab yang semakin mengeksplor keluasan ilmunya," tuturnya. Kendati demikian, sosok almarhum KH Azizi Hasbullah ini low profile dan egaliter. Hal ini membuatnya tidak sungkan untuk istifadah mengujikan ide-ide kepadanya. "Mulai beberapa bagian isu tentang rumusan Islam Nusantara PWNU Jawa Timur, Fiqih Kebangsaan karya Himpunan Alumni Santri Lirboyo HIMASAL, dan rumusan Relasi Sosial Muslim dan non-Muslim perspektif Nahdlatul Ulama," pungkasnya. Pewarta Syamsul Arifin Editor Syakir NF

biografi kh azizi hasbullah